Dimasa pandemi seperti saat ini kita dipaksa untuk berdiam dirumah
sesering mungkin. Tapi terkadang ada saat-saat di mana kita harus keluar rumah
untuk menyambung hidup.
Di akhir tahun 2020 kemarin aku mendapat tawaran untuk explore
pariwisata di Tulungagung. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini akhirnya
aku menyetujui tawaran tersebut.
Awalnya aku maju mundur ingin menerima tawaran ini sebab
Tulungagung bukanlah tempat yang dekat. Aku harus menempuh 13 jam perjalanan
menggunakan kereta api.
Itu artinya aku akan berpapasan dengan banyak orang yang tidak
kuketahui kondisi kesehatannya. Kalau ada penderita Covid gejala OTG (Orang
Tanpa Gejala) bagaimana?.
Untung saja PT. KAI mewajibkan rapid test bagi semua penumpangnya
yang akan bepergian naik kereta, jadi hal ini dapat membuatku sedikit lega,
walau pun rapid test tidak menjamin seseorang terkena covid atau ridak karena
tidak terlalu akurat.
Ketika kita hendak keluar kota, kita diwajibkan melakukan rapid test terlebih dahulu. Tanpa dokumen rapid test kita tidak akan diizinkan naik kereta atau pesawat atau moda transportasi lainnya.
Kita dapat melakukan rapid test di mana saja baik di Puskesmas, Apotek, Rumah Sakit atau di Stasiun kereta api langsung. Sayangnya jika kita rapid test di Stasiun, antrian sangat panjang, jadi kita harus melakukan rapid test minimal sehari sebelum keberangkatan supaya gak kehabisan kuota.
Karena stasiun yang menyedian layanan rapid test cukup jauh dari
rumahku, jadi aku memutuskan melakukan rapid test yang dekat-dekat saja yaitu
di Bidan tempat anakku imunisasi. Gak
nyangka ternyata di sini bisa ngerapid juga.
Ini adalah pengalaman pertama kalinya aku melakukan ritual rapid test. Ternyata prosesnya cukup cepat, gak nyampe 20 menit.
Pertama-tama salah satu jari kita akan di tusuk pakai jarum kecil
untuk dikeluarkan darahnya. Rasanya gak sakit guys pokoknya aman. Sample darah
yang diambil juga cuma setetes kok jadi gak bakalan pusing.
Darah yang diambil ini akan ditetesin kealat rapid test gitu,
nanti kalau keluar tanda garis satu artinya kita nonreaktif covid, tapi kalau
keluar tanda dua garis itu artinya kita reaktiv covid 19.
Alhamdulillah hasilku nonreaktif, jadi aku bisa naik kereta deh. Kalau teman-teman hasilnya reaktif kamu ga bisa melanjutkan perjalanan naik kereta ya, untungnya uang tiket kita akan dikembalikan 100% oleh KAI.
Saat masuk ke dalam kereta, penumpang akan diberikan fasilitas face shield secara gratis. Sayangnya face shield ini malah dijadikan sebagai oleh-oleh, bukannya dipakai malah dibawa pulang.
Video tutorial cara menggunakan faceshield yang baik dan benar.
Disebagian kereta memang ada petugas yang tegas mengingatkan
penumpang untuk memakai masker yang benar dan menggunakan faceshield. Tapi ada
banyak juga kereta api yang tidak tegas.
Kemarin saja aku cukup terkejut karena banyak penumpang yang mencopot masker dan tidak menggunakan face shield. Sumpah sepanjang jalan aku merasa was-was.
Dokumen rapid test berlaku sampai 14 hari alias 2 minggu. Jadi
kalau sudah melewati batas hari tersebut, dokumen sudah tidak berlaku dan kita
harus melakukan rapid test lagi.
Oleh karena itu saat melakukan perjalanan ke Tulungagung kemarin
aku hanya stay sampai seminggu saja. Itu pun sudah cukup menyenangkan. Nanti
deh aku ceritain gimana serunya explore Tulungagung bareng temen-temen Travel
Blogger dan Vlogger.
Cuplikan videonya dapat kamu tonton dulu di sini ya!
Agak ngeri juga ya, karena masih ada yang tidak patuh terhadap protokol kesehatan. Bukan hanya membahayakan diri sendiri tapi juga orang lain. Harusnya kemanapun pergi di saat situasi seperti ini, tetep patuhi peraturan yang berlaku.
BalasHapusOtw nonton vlognya