Usai berburu sunrise di atas Bukit Kingkong Bromo, aku langsung kembali turun menggunakan mobil Jeep. Aku sudah siap bermacet-macetan di Penanjakan sebab kendaraan hari itu sedang banyak-banyaknya. Kalau dihitung-hitung mungkin ada lebih dari ratusan atau bahkan ribuan mobil memenuhi gunung Bromo.
Semua mobill Jeep jalan merayap. Entah sudah berapa jam aku berada
di penanjakkan. Bahkan mobil kami sempat tidak berjalan sama sekali! stuck
di depan pintu masuk Bukit Cinta.
Namun, walau pun kesal tetapi aku tidak sampai marah banting setir karna aku dapat sekalian melihat keindahan gunung Bromo dari sisi jalan. Aku berasa berada di atas awan gitu. Kueren banget dah!
Usai melewati 'rintangan' di penanjakan kami langsung melewati jalanan berpasir. Untung kami memakai mobil jeep jadi perjalanan lancar jaya.
Bayangkan kalau kami menggunakan sepeda motor matic, kami pasti
akan jalan terseok-seok. Tetapi pengunjung di sini cukup banyak juga yang
menggunakan motor matic, mungkin untuk menghemat budget kali ya soalnya kalau
sewa mobil jeep mahalnya ampun-ampunan dah haha.
Jadi kalau mau motoran di Bromo harus siap menanggung resiko ban
mendem ke dalam pasir ya manteman huhu.
Aku pernah 2 kali ke Gunung Bromo, pertama saat musim panas sekitar
bulan september dan kedua saat musim hujan pada bulan januari atau februari ya?,
lupa deh haha. Lalu apa bedanya suasana Bromo dikedua musim ini?
Menentukan musim untuk berlibur cukup penting sih. Biasanya
kebanyakan orang berlibur saat musim panas karna cuacanya lebih bersahabat.
Kalau liburan pas musim dingin kurang seru sih karna pemandangannya tertutup
awan dan sering kehujanan di jalan.
Tapi selama tinggal di Indonesia mau liburan kapan pun tetep
asik-asik aja kok soalnya negara kita tropis. Kecuali kalau lagi hujan hebat,
mending meringkuk aja di kamar.
Saat musim panas, penampakan Gunung Bromo terlihat jauh lebih menakjubkan. Sebab kita dapat melihat keindahan Bromo dengan sangat jelas. Tapi ya gitu, panas bikin gerah haha.
Namun, alam itu misterius, kita tidak dapat memprediksi gerak-geriknya. Pagi ini cerah, belum tentu siang, sore, atau malam nanti serupa.
Musim kemarau tak menjamin matahari terbit melenggang penuh pesona dibandingkan musim penghujan. Begitu pun sebaliknya.
Bahkan aku berani berkata setiap hari pun akan terlihat berbeda. tak akan pernah sama. View indah datang tergantung keberuntungan saja. Namun, kita tetap bisa memprediksi kapan waktu terbaik ke Gunung Bromo.
Musim panas atau kering di Bromo terjadi pada bulan juli Sampai agustus. Biasanya
musim ini paling banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Tumbuhan yang sudah kecoklatan dan butiran pasir yang tertiup angin membuat Bromo terlihat lebih eksotik.
Aku cukup shok saat pertama kali ke Bromo karna di sini ada banyak
banget bule. Sedangkan wisatawan lokalnya bisa dihitung jari. Ternyata saat itu
memang sedang musim liburnya bule.
Untuk naik ke atas gunung Bromo saja aku harus ngantri lama
banget. Antriannya mengular sampe atas gunung.
O iya saat naik ke atas gunung Bromo kita harus jalan yang cukup
jauh dari parkiran mobil jeep. Dari sini aku memutuskan untuk naek kuda,
bukannya ga kuat jalan tapi aku cuma pengan ngerasain aja gimana sensasinya.
Ternyata cukup seru guys :v
Untuk teman-teman yang ga bisa naek kuda jangan khawatir karna
kudanya bakal dituntun sama si abangnya.
Untuk sekali jalan dikenakan tarif Rp. 50rb. Harga sewaktu-waktu
dapat berubah tergantung zaman dan pandai-pandainya kamu menawar harga.
Saran dariku mending naek kuda one way deh yaitu saat naek ke atas
Bromo, nanti pulangnya baru jalan kaki. Soalnya naek gunung lebih capek dari
turun gunung, jadi lumayan ga nguras tenaga.
Setelah mengantri yang cukup lama di tangga Gunung Bromo akhirnya
sampai juga giliranku.
Selangkah-demi selangkah ku lewati anak tangga. Sampai akhirnya
sampai juga di atas puncak gunung Bromo. Kata pertama yang menggambarkan view
Gunung Bromo saat itu adalah EPIC!
Suara gemuruh terdengar dari lobang volkano Gunung Bromo. Suaranya
bener-bener dahsyat. Saat kulihat view sekeliling juga ga kalah keren, berasa
kayak di planet mars. Eh padahal aku belum pernah ke Mars.
Sumpah deh kalian wajib banget ke sini minimal sekali seumur hidup
karna pemandangannya akan lebih dahsyat kalau dilihat langsung daripada
melihatnya lewat foto sampul di kalender.
Untuk kedua kalinya ke Bromo aku sengaja dateng pada saat cuaca sedang sejuk. Jika kamu ingin menyaksikan menyaksikan wilayah TNBTS yang sedang hijau segar maka datang saja pada bulan April hingga Mei. Pada bulan tersebut, biasanya tanaman, seperti rumput dan pepohonan, tumbuh subur.
Pada waktu itu, hujan masih bakal terjadi sesekali, namun tidak mengganggu aktivitas kunjungan. Hujan justru membuat rerumputan yang terkena debu tersapu air. Bahkan sminggu sebelumnya kawasan Bromo banjir parah, oleh karna itu masih banyak kutemui kubangan air dibeberapa tempat.
Beberapa bulan setelahnya, tepatnya pada pertengahan Oktober, wilayah TNBTS akan mengalami musim basah atau mulai terjadi peningkatan curah hujan. Saat itu, kawasan sabana Gunung Bromo dan jalur trekking Gunung Semeru akan becek dan cenderung berlumpur.
View gunung Bromo saat musim hujan terlihat teduh bahkan cebderung
tertutup awan. Jadi pemandangannya kurang ajib menurutku. Kelebihannya suhu
terasa lebih dingin dan sejuk.
Nah guys jadi itu pengalamanku berkunjung ke Gunung Bromo di dua musim. Semoga share pengalaman ini bisa membantumu memutuskan waktu terbaik untuk berkungjung ke Bromo.
Sebetulnya mau kapan pun ke Gunung Bromo tetep asik-asik aja ko. Baik musim panas atau musim dingin pemandangan gunung Bromo akan tetap cantik.
Terakhir ke Bromo 2 tahun lalu, dan selama 3 kali ke sana g pernah dapat sunrise. Yang kabut lah, yang datengnya pas musim ujan lah, dan kabut lagi dikunjungan ke 3.
BalasHapusTapi ya udah deh, emang bukan rejekinya. Besok-besok lagi kalau ada yang ngajak dan ngegratisin ke bromo mau, wkwkwk.. soalnya kalau pergi sendiri ntar gagal maning gagal maning